Tips Menulis

Mengapa Naskahnya Perlu Distirahatkan Setelah Selesai Dibuat?

08.40 Unknown 0 Comments




Sebenarnya, saya masih belum pantas memberikan tips menulis. Rasanya, ilmu yang saya miliki pada bidang ini tidaklah seberapa. Tetapi, karena niatnya adalah untuk berbagi cerita dan berbagi sedikit ilmu dan pengalaman, maka saya memberanikan diri untuk menulis beberapa tips yang saya pernah alami dan rasakan.

Sebagaimana banyak sekali tips menulis yang beredar di luar sana, tentang "mendiamkan" naskah yang sudah jadi, saya akan berbagi kisah ini kepada kalian para pembaca. Saya adalah tipikal orang yang mengelarkan sebuah novel dulu baru mengeditnya belakangan. Terkadang, ada juga masanya berhenti menulis dan mengedit beberapa bagian. Tapi, itu bukan teknik menulis yang disarankan. Mengedit saat menulis biasanya menjadi salah satu penghambat tidak selesai-selesainya sebuah novel. Karena, kita jadi kebanyakan berhenti. Sementara, imajinasi kita terus berkembang dan berupaya menjadikan calon naskah kita itu sesempurna mungkin. Sebagaimana kesempurnaan itu adalah hal semu kalau terus dikejar, alhasil jalan si naskah untuk bertemu dengan kata "tamat" masih sangat jauh. Jadi, saya lebih memilih merampungkan cerita hingga selesai, baru memikirkan proses editing belakangan. Dengan begini, setelah sebuah cerita tersusun secara utuh, setidaknya kita sudah punya hasil pekerjaan kita tersebut.

Lalu, jika naskahnya sudah jadi, apakah perkerjaan kita sudah selesai? Eits, jangan berbangga hati dulu. Perjalanan naskah itu masih sangat panjaaang sekali. Ketika naskah sudah utuh, barulah proses self-editing berlangsung. Namun, saya tidak menyarankan untuk langsung mendedah dan mengedit naskah itu. Jangan dulu. Biarkan dulu kamu istirahat, karena mengerjakan sebuah novel tentu membutuhkan waktu yang tidaklah singkat. Belum lagi, energi yang terkuras saat menggarapnya juga banyak sekali. Jadi, selagi kamu menikmati jeda, naskahmu juga perlu yang namanya "istirahat". Beri waktu pada naskahmu dan diri sendiri untuk beristirahat. Jauhkan pikiranmu dari plot, detail cerita, karakter, dan segala macam hal tentang naskahmu itu.

Sebenarnya, fase istirahat itu bertujuan untuk apa, sih? Banyak hal yang bisa didapat dari melakukan proses break tersebut. Pertama, kamu akan memiliki jarak dengan naskahmu. Saat kamu mengeditnya nanti, kamu tidak lagi memosisikan diri sebagai penulis, melainkan pembaca. Penulis adalah orangtua dari naskahnya. Apa yang biasanya dilakukan orangtua pada anaknya? Tentu membanggakan kemampuan sang anak. Pun begitu juga dengan hubungan penulis dan naskah. Dalam sudut pandang penulis, ia yang merasa mengenal naskahnya luar-dalam, pasti memiliki alasan mengapa naskahnya layak baca. Dengan mudah ia bisa memberikan daftar keunggulan-keunggulan naskah itu. Nah, inilah yang perlu dikurangi. Semakin dekat hubungan emosional penulis dan tulisannya, dikhawatirkan akan menjadi semakin subjektif dalam melihat isi naskah secara keseluruhan. Untuk menghindari kesubjektifan itulah kamu harus menjaga jarak. Saat menjaga jarak itu, kamu perlahan-lahan bisa mengurangi kadar kecintaanmu pada si naskah, juga melupakannya untuk sementara waktu. Supaya apa? Supaya kamu bisa memosisikan diri sebagai seorang pembaca.

Saat kamu membaca cerita orang lain, kamu tidak memiliki ekspektasi apa pun terhadapnya. Kamu belum mengenal tokoh-tokohnya, belum mengetahui secara detail isi cerita, apalagi akhirnya. Jadinya, kamu akan peka dengan kekurangan-kekurangan naskah itu. Entah dari sisi kelogisan, atau adakah jalan cerita yang belum tereksekusi dengan sempurna, atau adakah plot hole di sana? Kamu bisa lebih mudah menyadarinya. Nah, saat kamu memosisikan diri sebagai pembaca pada naskahmu, kamu akan menemukan hal-hal yang bisa kamu perbaiki saat proses editing nantinya. Apakah kalimat yang kutulis sudah efektif? Adakah yang perlu dibuang atau ditambahi? Dan juga, masih adakah kesalahan penulisan yang terjadi? Itu semua bisa dengan mudah kamu rasakan ketika kamu sudah berjarak pada naskahmu.

Kedua, saat kamu istirahat dari penyelesaian naskahmu, kamu bisa melakukan banyak hal yang tidak sempat kamu lakukan saat kamu konsen pada proyekmu. Kamu dapat memanfaatkan waktu itu untuk mengistirahatkan diri dan melakukan banyak hal di sana. Siapa tahu, kamu justru mendapat ide untuk naskah selanjutnya, kan?

Nah, sebaiknya, berapa lama waktu istirahat itu berlangsung? Ada yang mengatakan bahwa sebaiknya jedanya cukup lama. Semakin kamu melupakan naskahmu, semakin objektif nantinya saat kamu mulai pengerjaan self-editing. Namun, jangan terlalu lama juga. Khawatirnya, semangat saat menulis dan merampungkan cerita bisa mengendur atau bahkan hilang. Bagi saya, idealnya mengistirahatkan naskah itu adalah satu sampai dua minggu. Kalau keburu-buru, tiga sampai empat hari juga cukup.

Jadi, sudah seberapa jauh perkembangan naskahmu? Jika sudah mendekati rampung, apakah kamu sudah siap untuk mengubah mindset dari "sebagai penulis" menjadi "sebagai pembaca" saat naskahmu selesai nanti?


_____
Source pict, edited by me

0 komentar: