Behind the scene,

Manuskrip: Prolog




Halo teman-teman.

Hari ini saya mau ngobrol soal "Manuskrip". Apa itu manuskrip? Manuskrip adalah sebuah proyek pribadi yang berhubungan dengan... masih dirahasiakan sebenarnya, tapi sepertinya bakal mudah ketebak. Sebagai gank KBBI, saya mau menjelaskan si "Manuskrip" ini berdasarkan pengertian dari kamus.

ma.nus.krip
n naskah tulisan tangan yang menjadi kajian filologi:
n naskah, baik tulisan tangan (dengan pena, pensil) maupun ketikan (bukan cetakan).

Jadi "Manuskrip" adalah, naskah yang belum tercetak. Nah benar kan bisa ketebak dengan mudah? =))

Sebagai pengantar, saya ingin membuat beberapa pengakuan. Pertama, saya suka menulis. Awalnya suka menulis blog (tapi ini angin-anginan, lihat saja riwayat blog lama saya yang lama sekali terbengkalai tak tersentuh hingga jamuran), lalu setelah berkenalan dengan forum tulis-menulis yang asyik bertemakan Harry Potter, saya jadi suka menulis forum. Di sana saya bertemu dengan teman-teman penulis (yang tidak sedikit adalah seorang penulis profesional ditandai dengan sudah menelurkan novel). Saya jadi banyak belajar untuk meng-upgrade tulisan saya sendiri dan pada akhirnya kenal dengan KBBI, EYD (yang namanya berubah menjadi EBI) dan pada akhirnya bertekad untuk menjadi seorang penulis juga. *yosh*

Kedua, saya suka membaca. Kesukaan saya dalam membaca sebenarnya sudah dirasakan sejak saya masih kecil. Namun karena keterbatasan ekonomi, saya baru bisa memuaskan kebutuhan yang satu ini setelah mempunyai penghasilan sendiri. Kalau mau tahu apa yang sudah saya dapatkan selama bekerja beberapa tahun ini, maka tengoklah rak buku saya yang isinya semakin lama semakin meluap-luap.

Ketiga, dalam proses "mengawinkan" antara kesukaan menulis dan membaca inilah saya mulai merintis blog khusus tentang buku, namanya Resensi Buku Nisa (klik tautan). Usianya baru dua tahun tapi isinya sudah banyak; tulisan dan follower saya di sana melebihi blog lama yang usianya tahun depan satu dasawarsa! Dan karena saya suka membaca buku itulah saya menemukan beberapa buku yang kurang sreg untuk saya baca. Hehehe, saya bukan kritikus buku, lebih tepat kalau disebut penikmat cerita. Dan kekurangsregan terhadap satu dua cerita itu wajar karena saya adalah seorang "penikmat". Ada yang bagus, ada yang tidak. Ini menggelitik saya untuk berpikir bahwa, "Saya bisa membuat yang lebih baik dari itu!" Tentu saja ini selfclaimed, hanya klaim sepihak dalam benak saya.

Saya juga jadi ingat dengan sebuah kutipan (yang saya favoritkan di twitter, tentu saja, saya tidak bisa menghafal detail kata-katanya).

"Jika ada buku yang benar-benar ingin dibaca, namun belum pernah ditulis, maka Anda sendiri yang harus menulisnya." Toni Morrison

Akhirnya saya memutuskan untuk hiatus dari forum tulis-menulis selama satu term dan fokus menulis "Manuskrip". (Note: Hiatusnya kebablasan sampai sekarang, wkwkwk.)

Sempat kebingungan (pake "banget") tentang jenis tulisan apa yang akan saya buat. Fiksi? Sudah jelas. Namun fiksi bergenre apa? Religi? Hmmm, saya menyadari kalau ekspektasi saya seputar novel religi adalah selevel Habiburahman El-Shirazy atau Asma Nadia, bahkan Sibel Eraslan. Kalau saya belum bisa mendekati kemampuan mereka, saya mundur untuk membuat fiksi religi. Akhlirnya, saya memutuskan untuk menulis teenlit. Kenapa teenlit, bukan kisah romansa usia dewasa muda atau dewasa sekalian? 

Saya teringat satu masa di mana waktu saya masih sekolah, saya teramat senang membaca. Namun, karena keterbatasan dana, saya tidak bisa memuaskan dahaga dengan membeli novel-novel remaja pada masanya. Saya punya teman dekat yang bernama Dina, dia meminjamkan saya novel teenlit (yang saat itu tengah naik daun sekali). Pengalaman saya membaca dan menyelami genre ini, tentu tak lepas dari sumbangsih teman saya itu. Saya menyenangi novel Cewek karya Esti Kinasih. Lalu Dealova, Dua Kepiting Melawan Dunia, Me vs High Heels, Kana di Negeri Kiwi, dan masih banyak lagi. Iya, saya bacanya modal pinjam doang, hahaha, karena sungguh, saat itu saya tidak punya modal sama sekali untuk membeli buku bacaan.

Lalu, setelah saya berpenghasilan sendiri, saya mulai membeli buku-buku apa pun yang saya mau. Dan ketika saya berniat nostalgia membaca novel-novel teenlit, yang ada justru kekecewaan. Entah saya yang tidak lagi cocok dengan genre ini ataukah memang saya merasa tidak mendapatkan apa yang saya inginkan dari genre teenlit sekarang. 

Akhirnya, setelah pergulatan yang panjang dalam benak saya, saya memutuskan untuk membuat sebuah naskah teenlit. Riset pun tidak susah karena setiap harinya saya bertemu dengan anak-anak remaja. Mencoba memahami isi kepala mereka rasanya, tidak susah. Dan yang paling penting adalah... saya ingin menyajikan sebuah cerita yang tidak hanya sekadar cerita berupa drama percintaan belaka, yang bisa mereka petik pelajaran berharganya dari membaca. Juga, saya ingin menyuguhkan sebuah bacaan yang sesuai dengan usia mereka. 

Akhirnya (dan ini benar-benar terakhir), saya mempersembahkan tulisan ini, sebagai sebuah prolog pengantar manuskrip-manuskrip saya yang akan terbukukan menjadi sebuah novel. Sebagai sebuah pengantar, semoga bisa menjadi pembuka dan awalan yang manis untuk saya bercerita tentang karya-karya saya selanjutnya.

Salam.



Akhir Maret, 2017


Nisa Rahmah


____________
Source pict, edited by me


0 komentar: