Behind the scene,

Ucapan Terima Kasih

05.38 Unknown 0 Comments

Malam ini, saya menghentikan jemari saat sedang menulis sesuatu. Bukan sebuah cerita seperti biasanya, atau ulasan tentang buku yang saya baca. Saya, menuliskan sesuatu yang paling berat dan ditunggu saat sedang menemani proses melahirkan sebuah buku: ucapan terima kasih.



Alih-alih meneruskan paragraf ketiga, saya justru membuka laman ini, dan menuliskan sebuah kisah untuk saya simpan sendiri (dan untuk kalian, yang telah tersasar di blog saya ini). Bagi saya, menulis ucapan terima kasih, teramat berat. Apalagi untuk buku pertama. Sisi melankolis saya yang jarang saya tampakkan pada orang-orang, menyeruak begitu saja. Ya, saya lagi menangis saat menulis ini. Ahahaha. Lebay sangat, ya?

Menahan jemari untuk tidak menuliskan banyak hal personal di sana, akhirnya saya sekarang sedang mengalihkannya untuk menulis di sini. Bagaimana tidak, sebuah perjalanan yang panjaaaang, akhirnya mengantarkan saya sampai ke gerbang ini: gerbang menjadi seorang penulis. Bangga? Saya jelas patut mengapresiasi diri atas segala perjuangannya, tidak hanya saat menuliskan cerita Carisa dan Kiana, melainkan banyak cerita dalam hidup saya yang terjadi selama proses menulisnya. Barangkali, perasaan sentimentil itu yang membuat saya mendadak melow. Barangkali, tentang banyak cita-cita saya yang harus saya kuburkan di lini masa yang sama ketika saya mulai menulis sebuah cerita. Bukan, bukan karena saya menjadi seorang penulis akhirnya membuat saya melupakan jalan hidup yang lain. Melainkan, ketika nyaris semua pintu masa depan menutup di hadapan saya itulah, pintu yang ditawarkan kepada saya ini terbuka lebar. Memeluk segala mimpi-mimpi saya. Membelai renjana yang sudah tersusun bahkan sejak kecil yang tak pernah saya sadari.

Bagi saya, menulis adalah obat untuk keluar dari kemelut hidup. Dan ternyata, impian menjadi penulis itu datang, meskipun saya tahu, jalan itu tidak berhenti sampai di sini. Bahkan, perjuangan untuk masuk terus dan terus ke dalamnya, benar-benar terjal dan berbatu. 

Akhirnya, setelah menenangkan diri begitu lama di sini, saya melanjutkan menulis draf ucapan terima kasih itu. Dan, selesai. Meskipun, saya kurang puas. Banyak nama yang belum tertuliskan di sana. Karena, kalau saya menuliskan semua nama, rasanya itu bakal jadi buku ucapan, bukan sebuah novel remaja, hehehe. Namun, saya berjanji kepada kalian yang namanya tak tercantum di sana, untuk saya sematkan di buku-buku selanjutnya.

Selamat malam, selamat menemani saya menanti kelahiran anak pertama! 

0 komentar: